Pages

Wednesday, October 17, 2018

Aku Dosa, Skandal Pemalsuan Data Raksasa Jepang Kian Panjang

Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan yang memasok perangkat untuk melindungi bangunan di Jepang dari gempa bumi, KYB, mengaku telah memalsukan data. Namun pemalsuan data ini disebut pejabat setempat tidak memberikan ancaman resiko keselamatan secara langsung.

Menteri Pertanahan Jepang menyebut bahwa perusahaan pembuat komponen yang berbasis di Tokyo ini bersekongkol dengan salah satu unitnya Kayaba System Machinery memalsukan data yang terkait dengan bagian yang disebut sebagai "peredam minyak" yang digunakan di lebih dari 1000 bangunan di seluruh Jepang.

Menteri menolak untuk menyebutkan bangunan mana saja yang terdampak atas kasus ini. Namun berdasarkan laporan media, salah satunya adalah Tokyo Skytree yang menjadi salah satu bangunan tertinggi di dunia (633 meter) dan bangunan pusat pemerintahan lokal di Tokyo.

Kasus penipuan data ini merupakan salah satu skandal kontrol kualitas dan tata kelola yang telah menghantam Jepang dalam beberapa tahun terakhir.

Juli lalu,Nissan mengakui telah mengakali data emisi gas buang dan keekonomian bahan bakar.Kasus ini membuat mereka harus menarik 1,2 juta kendaraan. Selain itu,Hitachi juga mengaku telah memalsukan data 60.000bateraiindustrial.

Kasus lain menjerat Kobe Steel yang memaksa pimpinan perusahaan mengundurkan diri. Perusahaan baja ini memalsukan data kekuatan dan kualitas produk yang dikirimkan ke ratusan klien di seluruh dunia.

Skandal kontrol kualitas lain telah menhantam sejumlah raksasa industri lain mulai dari pembuat serat karbon Toray hingga Mitsubishi Materials.


Ganti komponen

Pihak kementerian telah menginstruksikan agar perusahaan itu untuk segera mengganti komponen yang dimaksud sesegera mungkin dan menginvestigasi mengapa manipulasi data ini bisa terjadi.

Tapi KYB bersikeras bahwa bangunan-bangunan yang menggunakan komponen mereka masih bisa bertahan terhadap gempa dengan intensitas tinggi. Intensitas gempa dimana bangunan lain mugkin sudah roboh dan orang-orang terlembar ke udara.

Peredam gempa adalah salah satu bagian sistem kompleks yang dibuat diberbagai sistem bangunan di Jepang. Sistem ini digunakan sebagai persiapan atas gempa yang kerap melanda negara itu.

'Pengakuan Dosa' 5 Raksasa Jepang soal Pemalsuan DataIlustrasi bangunan di Tokyo. Sebagai negara dengan frekuensi gempa yang sering, bangunan di negara ini mesti dilengkapi dengan struktur tahan gempa (CNN Indonesia/Rosmiyati Dewi Kandi)
Sistem ini biasanya diletakkan pada fondasi untuk mengisolasi getaran. Sistem gempa ini membuat bangunan besar hanya sedikit bergoyang karena pondasi bangunan meredam getaran tanah. Sebab, jika mereka terlalu banyak atau terlalu sedikit bergoyang, maka akan menimbulkan bencana.

"Kami tidak tahu bagaimana dan mengapa data mereka dipalsuka dan kami telah memeritntahkan (perusahaan itu) untuk melakukan inv estigasi penyebab dan melaporkan hasilnya," jelas pejabat kementerian kepada AFP.

Kementerian menyebut bahwa "peredam minyak" yang terdampak adalah peredam yang diproduksi antara Maret 2000 hingga saat ini.

Secara terpisah perusahaan itu menyebut bahwa produk yang dibuat antara Januari 2003 dan bulan lalu memiliki kemungkinan tinggi telah dipalsukan. Sementara produk yang dibuat sejak Maret 2000 juga diperkirakan memiliki masalah serupa.

"Saya sangat menyesal dan meminta maaf sedalam-dalamnya," te rang Presiden KYB Yasusuke Nakajima dalam konferensi pers Selasa (16/10), saat perusahaan itu mengakui kesalahannya tersebut.

Jepang berada di pertemuan empat lempeng tektonik dan mengamali banyak kejadian gempa tiap tahunnya. Sehingga bangunan yang terlalu kaku seringkali rusak akibat getaran kecil sekalipun.

(eks/eks)

Let's block ads! (Why?)


October 17, 2018 at 09:48PM
via CNN Indonesia https://ift.tt/2yqgKsa
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.cnnindonesia.com%2Frss&max=3, then Send me an em


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment