Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada akhir tahun bisa berada di kisaran 1,83 persen hingga 2,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,12 persen terhadap PDB. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan angka ini juga jauh lebih kecil ketimbang target APBN 2018 yakni 2,19 persen dari PDB. Penurunan proyeksi defisit ini, menurut dia, seiring tren perbaikan penerimaan dan belanja hingga kuartal III tahun ini. Hingga September 2018, realisasi penerimaan negara mencapai sekitar Rp1.312,3 triliun atau bertumbuh 19 persen dibanding periode sebelumnya Rp1.103 triliun. Sementara itu, realisasi belanja mencapai Rp1.512,6 triliun atau tumbuh 10 persen dari tahun sebelumnya Rp1.375 triliun. Akibatnya, defisit APBN hingga akhir September kemarin berada di kisaran 1,35 persen dari PDB, atau membaik dari tahun kemarin 2 persen dari PDB. "Untuk itu kami memperkirakan defisit APBN di bawah 2 persen hingga akhir tahun, antara 1,83 persen dan 2,04 persen dari PDB," ujar Sri Mulyani, Rabu (17/10). Meski demikian, ia masih mewaspadai kenaikan belanja hingga akhir tahun lantaran pemerintah memutuskan menaikkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dari Rp500 per liter menjadi Rp2 ribu per liter pada pertengahan tahun kemarin. Bahkan, realisasi subsidi saat ini sudah mencapai Rp92,5 triliun, atau mencapai 97,9 persen dari pagu anggaran tahun ini Rp94,5 triliun. Tapi di sisi lain, ada perbaikan pos penerimaan yang bahkan bisa melebihi target. Penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP), contohnya, kini sudah mencapai Rp121 triliun atau 116,7 persen dibanding targetnya Rp103,7 triliun. Hal ini seiring kenaikan harga minyak dunia dan batu bara disertai depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, penerimaan bea keluar sudah mencapai Rp5,2 triliun atau 172,6 persen dari target APBN yakni Rp3 triliun. Terakhir, ia juga memperkirakan penerimaan perpajakan hingga akhir tahun bisa tumbuh 17,4 persen menjadi Rp1.572,92 triliun dari realisasi tahun kemarin Rp1.399,8 triliun."Namun saya juga berharap Bea Cukai dan Pajak bisa tetap hati-hati karena head swing ekonomi di akhir tahun ini semakin kencang," kata dia. Dengan defisit yang menyempit hingga akhir tahun, maka ada potensi pemerintah akan menarik utang yang lebih sedikit. Hingga September ini, pemerintah sudah menarik utang Rp292,8 triliun atau turun 25,1 persen dari tahun kemarin Rp391,2 triliun. Ramalan defisit yang kian kecil ini bikin Sri Mulyani percaya diri bisa mencapai target defisit APBN 2019 mendatang sebesar 1,84 persen dari PDB. "Kami punya modal baik di 2019, di mana ketidakpastian masih akan terus berjalan dan kami masih memiliki confidence," pungkas dia. (glh/agi) Let's block ads! (Why?) October 17, 2018 at 09:42PM via CNN Indonesia https://ift.tt/2EAHtHY |
No comments:
Post a Comment