Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dari sektor aneka industri dan perdagangan menjadi pemicu pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I. Kedua sektor mendapat tekanan karena nilai tukar rupiah yang terus merosot dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Indeks sektor aneka industri pada sesi I terkoreksi 2,67%, di mana saham-saham seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) turun 5,88% ke level Rp 320/saham. Lalu saham PT Astra International Tbk (ASII) yang anjlok 2,88% ke level harga Rp 6.750/saham/ Kemudian indeks sektor keuangan mengalami koreksi 2,14% di mana saham-saham bank besar menjadi pemimpin koreksi indeks sektor ini.
Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 3,6% ke level Rp 6.700/saham. Lalu saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,09% ke level Rp 6.275/saham. Sementara saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,66% ke level Rp 2.930/saham.
Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Bahkan rupiah menyentuh titik terlemahnya sepanjang sejarah. Saat ini, tiap US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 15.260. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Hari ini rupiah memperbarui rekor terlemah sepanjang masa. Rekor sebelumnya terjadi pada penutupan perdagangan 9 Juli 1998, di mana kala itu rupiah menyentuh Rp 15.250/US$. Pelemahan nilai tukar rupiah akan membuat tekanan kepada Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut berpotensi ditransmisikan ke suku bunga kredit dan ini berpotensi mengganggu pendapatan bunga bersih serta kredit macet. Selain itu, kenaikan harga minyak nonsubsidi kemarin juga berpotensi memunculkan inflasi pada Oktober dan hal tersebut semakin memantabkan keputusan BI untuk menaikkan suku bunga. Kedua faktor inilah yang mendorong pelemahan harga saham dari kedua sektor tersebut. (hps/miq) Let's block ads! (Why?) October 11, 2018 at 08:04PM via CNBC Indonesia https://ift.tt/2NBp50U |
No comments:
Post a Comment