Pages

Thursday, October 11, 2018

Pak Jokowi, Faktanya Konsumsi BBM Premium Makin Turun Loh..

Atau mungkin sebagian besar dari Anda yang tinggal di Jabodetabek seringkali menemui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tidak menyediakan Premium. Artinya, pasokan premium di Jamali juga sebenarnya masih lumayan terbatas, meski Jokowi sudah memandatkan pasokan Premium dapat sampai ke Jamali.

Jika diperhatikan lebih lanjut, peningkatan konsumsi BBM jenis lainnya justru lebih signifikan. Pada tahun 2018, penyaluran BBM Perta Series diestimasikan mencapai 22,6 juta kiloliter, atau naik 10,24% secara tahunan (year-on-year/YoY). Dibandingkan dengan tahun 2015, kenaikannya bahkan mencapai 679%.

Sedangkan, penyaluran Bio Solar/Solar PSO dan Dex Series diproyeksikan mencapai 15,4 juta KL hingga akhir tahun ini, atau tumbuh tipis sekitar 3,5% YoY.

Oleh karena itu, seharusnya kenaikan harga Premium tidak perlu dirangkai menjadi sebuah gimmick. Jika misalnya harganya dinaikkan, toh dampaknya tidak akan terlalu signifikan bagi perbaikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), mengingat tingkat konsumsi yang terbatas.

Justru menurut hemat kami, jika tujuannya ingin menjawab harapan pasar untuk menyelamatkan CAD dan rupiah, kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar lah yang perlu dikaji pemerintah lebih lanjut. Pasalnya, konsumsinya masih terus tumbuh positif dari tahun ke tahun.

Sikap plin-plan pemerintah dalam menaikkan harga Premium justru akan mengundang petaka yang bernama spekulasi. Masyarakat kini sudah terlanjur berekspektasi bahwa harga BBM jenis Premium pasti dikerek naik ke depannya, baik cepat maupun lambat.

Dengan ditundanya kenaikan harga Premium, kini masyarakat seolah-olah diberi waktu untuk melakukan aksi penimbunan. Konsumen akan ramai-ramai membeli dalam jumlah banyak pada saat ini, sebelum harganya melonjak tinggi di masa depan. Hukum pasar akan berlaku.

Sepanjang sejarah RI berdiri, belum pernah ada kebijakan kenaikan harga BBM yang tiba-tiba dibatalkan seperti saat ini. Tujuannya mungkin memang untuk mencegah aksi spekulasi massal yang dijelaskan di atas.

Lantas, apa bahayanya aksi spekulasi massal? Tentu saja, dampaknya adalah kelangkaan BBM jenis Premium di masa depan. Bukan tidak mungkin ada oknum penimbun yang nantinya menjual Premium dengan harga yang jauh lebih tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat akan lebih tertekan dari perkiraan semula.

Belum lagi ekspektasi kenaikan harga Premium bisa berpotensi mengerek naik harga-harga sejak awal. Contohnya, biaya angkutan transportasi atau bahan-bahan pokok yang bisa segera menanjak, dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga Premium di masa depan.

Jangan, inflasi malah sudah meningkat sebelum harga Premium benar-benar dinaikkan. Semoga tidak..

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(gus)

Let's block ads! (Why?)


October 11, 2018 at 11:48PM
via CNBC Indonesia https://ift.tt/2IOAvxL
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.cnbcindonesia.com%2Frss&max=3, then Send me an e


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment