Jakarta, CNN Indonesia -- Sempat tidak percaya diri tampil di atas panggung, Melly Goeslaw memilih nyaman sebagai penyanyi latar. Tawaran terus berdatangan, ia disibukkan dari panggung ke panggung sembari memperluas pergaulannya. Kerap bertemu dengan musisi-musisi lain, Melly yang saat itu punya banyak waktu luang lantaran Katon Bagaskara kembali sibuk dengan KLa Project, mulai sering 'nge-jam' bersama Anto Hoed dan Arie Ayunir. Rumah Anto di kawasan Rawamangun jadi tempat persinggahan Melly, yang di saat bersamaan baru saja kehilangan sahabatnya, penyanyi Nike Ardilla. Di sana, mereka pun mulai melahirkan beberapa lagu yang kemudian mendapat reaksi positif dari orang-orang dekatnya. Terdorong oleh motivasi tersebut, Melly memberanikan diri meminjam uang untuk rekaman dan menyerahkan hasilnya kepada Koh Akyat, seorang sahabat yang pada saat itu bekerja di sebuah label rekaman, yang langsung bersemangat mendengarnya. Jarangnya band dengan vokalis perempuan di era '90-an pun segera dimanfaatkan. Menyepakati format trio, Melly, Anto dan Arie sedang duduk-duduk sambil mencoba menemukan nama band yang tepat, ketika mata tertuju pada selembar foto dalam bingkai di ruangan. "Enggak sengaja aja gitu, liat potret dibingkai. Ya udah, namanya Potret aja ya. Potret kan artinya gambaran, jadi ini gambaran dari musik kita. Sebenarnya enggak ada arti kerennya," aku Melly.Berisi tiga orang dengan ragam pengaruh musik dan idealisme masing-masing, Melly bangga mengakui Potret bukan band yang didengar oleh banyak orang pada saat itu. Unik, adalah istilah yang digunakan sang vokalis. "Potret itu dari awal [tahun] '95 bukan band yang meledak, albumnya enggak laku sih," tukasnya ringan. "Kita kalau tampil itu [persiapannya] lebih dari diva, gitu. Artinya dulu kita bener-bener mikirin ujung rambut sampe ujung kaki, sampai bikin tato demi keren. Saya enggak menemui band yang kayak gitu. Pada saat itu, Potret dikenal album pertamanya karena unik, bukan karena lagunya," ujarnya, dan Melly kembali mengulas senyum. "Dulu musik kita minimalis. Orang belum ngeh, dan [Potret] selalu satu step lebih depan. Setiap Potret bikin lagu, orang baru kayak, 'apaan sih'. Sampai album kedua, kita alhamdulillah dapet label yang enggak pernah mendikte kita harus bikin ini-itu," kata Melly lagi, sebelum menambahkan, "Didengar lagunya aja enggak." Tantangan baru didapat Potret saat hendak merilis album kedua. Adanya penolakan dari pihak label membuat trio ini harus bekerja lebih keras."Album kedua, Aquarius [Musikindo] punya pengalaman kurang baik di album pertama, jadi dia lebih detail. Dia bilang, 'ini lagunya enggak ada yang enak, susah semua. Coba bikin deh, bikin lagi'," tutur Melly. Dituntut mengeluarkan karya baru, Potret melahirkan 'Mak Comblang', 'Salah' dan 'Bunda'. Ketiganya meraup sukses besar. Nama Potret semakin dikenal di tengah gempuran band-band yang sudah lama malang-melintang seperti Dewa 19, Padi, Sheila on 7, sampai ke generasi turunan seperti Base Jam atau Singiku. Di era 1990-an, Indonesia punya banyak sekali band. Keberadaan vokal grup masih bisa dihitung dengan jari, ranah musik pun masih didominasi kaum pria. Maka ketika Potret muncul dengan gaya centil Melly, menyanyikan lirik 'nakal' yang tak lazim, mereka menjadi pilihan segar. Album ketiga Potret, 'Cafe', keluar 1998, tahun yang sama ketika Indonesia, terutama Jakarta, mengalami guncangan dan perubahan besar-besaran. Melly mengakui hal itu sangat berpengaruh terhadap musik Potret. Kebersamaan Anto Hoed dan Melly Goeslaw di Potret membawa mereka ke pelaminan. (Repro/CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama) | "Orang-orangnya ini [personel Potret] manusia-manusia yang baperan, jadi baper sama semua keadaan; rumah tangga, negara, apapun. Orang lagi kerusuhan di luar, kita takut banget, padahal sudah empat lagu rekaman. Makanya lagu kita jadi dark banget, album [lagu] Diam itu," katanya.Musikalitas Potret yang berbeda dari band-band lain di masa itu sedikit-banyak terpengaruh oleh referensi yang didengarkan masing-masing personel. Kalau Anto Hoed mendengar apapun - 'random', sebut istrinya - dan Arie Ayunir menyukai Brit-pop, Melly memilih musik klasik serta Tori Amos. Tampaknya ketiga personel Potret memang saling melengkapi. Jika Melly bertugas di departemen lirik dan Anto di aransemen, maka Arie adalah sosok perfeksionis yang memperhatikan setiap detail. "Arie Ayunir itu amat perfeksionis. Setiap bikin album [sakit] tifus karena mikirin A sampai Z, sampai kover pun diukur detail banget. Enggak percaya sama siapapun, dan dia sendiri yang gambar [untuk keperluan kover]. Kalau kurang, enggak ada toleransi. Di antara bertiga itu saya yang paling toleran, yang dua itu [Anto dan Arie] malah lebih perempuan dari perempuan," ungkap Melly seraya tersenyum kecil. Kegemaran bereksperimen menjadi nilai tambah berbeda di Potret. Bagi Melly, membuat lagu Potret bagaikan meracik adonan. "Kalau Potret, kan kita ada workshop dulu. Workshop lebih ke aransemen sih, tapi ujung-ujungnya juga diserahin ke saya," kata Melly. [Gambas:Youtube] "Tapi saya juga senang kayak bikin puzzle, misalnya dari dua lagu saya pecah, baitnya pakai yang ini, reff-nya pakai yang itu. Itu lagu 'Salah', reff-nya ballad, terus aku masukin situ. Anak Potret senang saja diracik-racik sendiri, karena menurut saya, dulu kita bikin lagu bener-bener kayak bikin ramuan, misalnya sama-sama bikin brownies, tapi racikan beda-beda," lanjutnya. Salah satu karya Potret yang terbilang tak biasa adalah 'I Just Wanna Say I Love You' dari album berjudul sama. Bertempo riang, lagu ini hanya memiliki sebaris lirik. "Ah, itu [lagu 'I Just Wanna Say I Love You'] itu cepet banget [pembuatannya]. Lagu kan kebanyakan notasi dulu baru lirik, pas itu notasi dulu baru judul. Pas workshop aransemen belum punya lirik, baru punya judul. Jadi ya begitu, dipikir-pikir lucu juga. Menyatakan cinta ke orang kan enggak harus ada alasan, enggak harus dijabarin. Jadi ya sudah, jadi lagu deh. Itu cuma bisa di Potret, tuh," jelas Melly. Saat ini, enam album telah memenuhi diskografi Potret. Masing-masing adalah 'Potret' (1996), 'Potret II' (1997), 'Cafe' (1998), 'From Dawn to Beyond' (2001), 'Positive+POSITIVE' (2003) dan 'I Just Wanna Say I L U' (2008). Namun formasi trio ternyata tak dapat lagi dipertahankan lantaran kepindahan Arie. Melly menegaskan, rekannya itu tak pernah keluar. "Arie keluar bukan karena keluar, tapi satu keluarga pindah ke Amerika. Posisinya diberikan ke Aksan [Aksan Syuman], sahabat kita main. Lalu ada tambahan personel Nikita Dompas, Mery Kasiman. Nah, habis itu kita sempat keluarin single bareng, 'Posesif'. Tapi single itu menurut saya, satu langkah adaptasi dengan personel baru," cerita Melly. Vokalis Potret, Melly Goeslaw tampil memukau dengan energik menyuntikan semangat kepada penonton saat penampilan band mereka di Java Jazz 2015, Kemayoran, Jakarta, Jumat, 6 Februari 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki) | "Kalau Potret itu apapun yang terjadi di internal, pasti akan nampak di albumnya, kalau orang jeli mendengarkannya. Menurut saya karyanya bagus, tapi Indonesia sedang musim musik alay, jadi kita enggak terlihat," ujarnya lugas.Tidak pernah ada kata bubar atau sekadar vakum untuk Potret. Belakangan, ketika tulisan ini diturunkan, Melly dan kawan-kawannya pun masih tampil di atas panggung. Sebagai seseorang yang telah merasakan berbagai 'posisi' mulai dari penyanyi latar sampai penulis lagu, bahkan anak band, Melly tentu cukup pengalaman berurusan dengan industri musik. Tak lama kemudian, ia memperoleh pengalaman baru sebagai komposer lagu pengiring salah satu film paling fenomenal Indonesia, 'Ada Apa Dengan Cinta?'. Tak hanya Ada Apa Dengan Cinta?, Melly Goeslaw pun punya peranan besar dalam beberapa film Indonesia lainnya. Ceritanya di artikel selanjutnya... (rea) Let's block ads! (Why?) October 13, 2018 at 11:29PM via CNN Indonesia https://ift.tt/2QPp0st |
No comments:
Post a Comment